Ayla dan Cerita Perjuangan Tentara Turki di Perang Korea
"Baba, kenapa lama sekali? kenapa butuh waktu lama untuk menemukanku?,"
Kata-kata itu meluncur dari mulut Kim Eunja kepada Suleyman Dilbirligi, di taman di Seoul, Korea Selatan. Itu adalah kata-kata pertama Kim Eunja, setelah 60 tahun tidak bertemu dengan Suleyman.
Ketika itu di tahun 2010, Kim Eunja telah berusia 65 tahun sementara Suleyman berusia 85 tahun. Suleyman, dalam pertemuan yang direkam MBC Documentary, memanggil Eunja dengan panggilan putriku Ayla. Ayla, bukan berasal dari bahasa Korea namun dari bahasa Turki yang bermakna Sinar Rembulan.
Walau terdengar sangat indah, Nama Ayla, menurut penuturan Suleyman, bermakna mendalam. Ia menemukan Ayla di tengah hutan saat musim dingin, usai melakukan kontak senjata dengan Pasukan Cina antara 26 hingga 30 November 1950.
Sementara di Film Ayla: The Daughter of War, Ayla ditemukan di tengah hutan saat menyusuri desa yang warganya dibantai. "Saat itu kami harus memutuskan apakah itu suara binatang atau suara manusia," ucap Suleyman.
Saat mengetahui bahwa itu anak manusia, Suleyman pun membawa Ayla ke pangkalan militer pasukan Turki. "Ayla belajar dengan cepat bahasa Turki dan bahkan menjadi penerjemah kami," ucap dia.
Hanya saja ternyata faktanya, pasukan Turki tidak hanya membawa Ayla. Namun, mereka membawa banyak anak-anak korban perang dan membangun tenda khusus untuk mereka.
Seperti pengakuan veteran perang Mahmud Uzturuk, ia menemukan seorang anak perempuan usai terjadi pertempuran di Gunuri (kini masuk wilayah Korea Utara). Perang di Gunuri menjadi salah satu peristiwa terhebat dan paling berdarah yang membawa korban jiwa cukup banyak di antara 15 ribu pasukan Turki (data lain menyebutkan 5.090 orang).
"Kami mengajaknya, memberinya makan dan perlindungan. Beberapa tahun kemudian ia akhirnya menemukan orang tuanya," ucapnya.
Total ada 800 anak yang diselamatkan Tentara Turki dan akhirnya ditempatkan di panti asuhan yang juga berfungsi sebagai sarana pendidikan bernama Ankara School. Kini, jalan di mana sekolah tersebut pernah berdiri di Kota Suwon diabadikan sebagai Ankara-gil dan taman di dekatnya sebagai Ankara School Park. Sementara Ankara School sendiri di merger dengan sekolah setempat pada tahun 1970-an.
Sementara Suleyman merawat Ayla selama 15 bulan hingga akhirnya ia harus dipulangkan kembali ke Turki. Sayangnya Suleyman tidak diperbolehkan membawa Ayla kembali ke Turki.
Kim Eunja (Ayla) ketika diwawancara masih mengingat ia dibawa sang ayah dengan membawa tas besar. Ia disembunyikan dalam tas sampai akhirnya ketahuan oleh militer Turki.
Ia pun terpaksa dititipkan di Ankara School. Kim Eunja pun mengaku sempat mencari-cari sang ayah bahkan ke stasiun radio. Hanya saja keterbatasan ingatan masa kecil menyulitkan ia mengingat nama sang ayah. "Saya tak menyangka, saya pikir hanya saya yang mencari-cari. Ternyata ayah (Suleyman) juga mencari-cari saya selama ini," tutur dia.
Mereka akhirnya dipertemukan kembali 59 tahun kemudian di Korea Selatan tahun 2010. Sementara pertemuan terakhir dilakukan beberapa pekan setelah penayangan perdana film Ayla: The Daughter of War.
Ketika itu kesehatan Suleyman memburuk hingga ia dirawat intensif di rumah sakit. Ketika Ayla datang, dokter di rumah sakit menyebut Suleyman sempat merespons meski kemudian setelah itu ia pergi untuk selama-lamanya. Pria dengan pangkat terakhir kolonel ini wafat di usia 91 tahun sementara sang istri Nimet Dilbirligi wafat sehari setelahnya.
Orang Korea Saudara kami
Keberangkatan pasukan Turki ke Korea merupakan bagian dari PBB untuk menyelamatkan Korea Selatan dari bahaya Komunis. Ketika itu Korea Utara memang mendapat bantuan dari Cina dan Uni Soviet, sementara Korea Selatan disokong Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Turki.
Putra Brigjen Tahsin Yazici, Bali Yazici mengingat ketika ayahnya memimpin pasukan Turki di Korea. Ayahnya mengatakan Korea dan Turki merupakan saudara sedarah. Oleh karena itu kita wajib menjaga Korea seperti negeri kita sendiri.
Sementara itu total 774 anggota pasukan Turki gugur dalam pertempuran tersebut, dimana salah satu yang paling banyak terjadi di Gunuri. Salah satu sahabat Suleyman, Ali Bilgi juga tewas dalam Perang Korea di usia 24 tahun.
"Saat perang di Gunuri Ali tertembak di kaki, saat kami berusaha menolongnya ternyata ia sudah tertembak di kepala," ungkap Suleyman.
Derita perang ternyata tak melenyapkan mimpi Suleyman untuk bertemu putrinya. "Setiap saat saya berdoa untuk bisa bertemu lagi dengannya," tutur Suleyman usai menjalankan shalat.
Ia pun tetap percaya bakal bertemu kembali dengan putrinya, seperti pesan Nimet: Aku juga seorang anak perempuan, dan tidak ada anak perempuan yang pernah melupakan ayahnya.