Selain Jokowi, tak Ada Kepala Negara yang Bisa Bawa Ibu Negara ke Rusia-Ukraina
JAKARTA -- Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Widodo ke Ukraina dan Rusia pada pekan ini, bukan hanya menuai apresiasi di jagad nasional. Pihak Internasional pun menaruh pujian kepada Jokowi atas misi perdamaian yang dibawa.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mempunyai catatan khusus terkait kunjungan Jokowi ke kedua negara yang sedang bertikai tersebut. Menurut Burhanuddin, kehadiran Jokowi di Ukraina dan Rusia mencatatkan sejarah penting.
Pasalnya, tidak ada pemimpin negara di dunia yang bisa diterima secara terbuka oleh Rusia dan Ukraina. “Ini sejarah, di mana belum ada pemimpin negara di dunia yang bisa diterima secara terbuka oleh dua negara yang sedang berperang, yakni Rusia dan Ukraina, selain Jokowi,” kata Burhanuddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (2/7).
Selain itu, Burhanuddin mengingatkan, ada catatan sejarah lain yang ditorehkan Jokowi selama menjalani misi perdamaian tersebut. Menurut dia, tidak ada pemimpin negara yang bisa masuk ke Ukraina dengan membawa Ibu Negara, termasuk turut memberikan sumbangan kemanusiaan.
“Hebatnya, ini dilakukan dengan tidak diam-diam, bahkan terbuka dan dipublikasi secara luas. (Perdana Menteri Inggris) Boris Johnson saja masuk ke Ukraina secara diam-diam dan tidak membawa keluarga,” kata Burhanuddin.
Dalam penilaian Burhanuddin, ada yang membedakan Jokowi dengan kepala negara lain dalam kunjungannya ke negara konflik. Dia menyebut, Jokowi datang dengan membawa motif kemanusiaan. “Kalau tidak ada yang mendamaikan, dunia terancam krisis pangan serius. Ini karena Ukraina itu produsen gandum, sementara Rusia pupuk,” jelas Burhanuddin.
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) juga memuji misi perdamaian Jokowi dengan berkunjung langsung ke Ukraina dan Rusia. Menurut Bamsoet, eskalasi ketidakpastian global harus segera diakhiri. Hal itu sebelum rangkaian eksesnya memperluas bencana kemanusiaan akibat terganggunya rantai pasok bahan pangan dan mahalnya harga energi.
Dia menganggap, Indonesia melalui Presiden Jokowi, telah mengambil inisiatif untuk upaya mengakhiri ketidakpastian tersebut. “Inisiatif itu ditandai oleh pertemuan Presiden Joko Widodo dengan pemimpin Rusia dan pemimpin Ukraina, plus pertemuan dengan para pemimpin negara-negara anggota G-7,” jelas Bamsoet.