Syafruddin Safari dan Silaturahim dengan Kiai dan Ulama di Banten
LEBAK -- Ketua Yayasan Indonesia Mengaji (YIM), Komjen (Purn) H Syafruddin melakukan safari kunjungan ke sejumlah pondok pesantren (ponpes) di Provinsi Banten, Sabtu (5/3/2022). Kedatangan Syafruddin untuk undangan dalam rangka milad ke-27 Ponpes Darel Azhar di Rangkasbitung, Ponpes Manahijussadat di Lebak, Ponpes Al-Mizan 2 di Pandeglang, serta Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Banten.
Kunjungan safari ponpes dilakukan Syafruddin bersama Wakil Sekjen DMI Ustaz Anizar Masyhadi dan Ketua Program DMI H Buyung Wijaya. Selama kunjungan di Banten, Syafruddin didaulat menjadi jenderalnya para kiai dan pesantren. Hal itu tidak lepas dari kedekatan Syafruddin dengan para ulama dan pesantren.
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) tersebut menjelaskan, pesantren adalah lembaga pendidikan otentik di Indonesia. Menurut dia, pesantren lahir sebelum kemerdekaan Indonesia. Pesantren, sambung dia, merupakan tempat belajar yang tepat bagi umat Islam di Indonesia, karena mengajarkan nilai Islam yang luhur dan akhlaqul, karimah, serta Islam yang moderat (wasatiyyat).
Menurut Syafruddin, di pesantren santri diajarkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari tentang bela negara, kebinekaan, dan hidup bersama serta saling menghormati. Dia pun merasa senang dapat berjumpa dan bersilaturahim serta bertukar pikiran dengan para kiai di Banten.
Dihadapan para Kiai, Syafruddin menegaskan, Islam melahirkan peradaban dunia dan pernah memimpin dunia selama lebih dari 1.300 tahun. Dia menghimbau kepada seluruh kiai untuk bersatu padu, bahu-membahu dan saling menguatkan dalam rangka memajukan umat Islam dan bangsa Indonesia.
"Jika umat Islam yang dipelopori oleh para Kiai bersatu, maka Islam di Indonesia akan menjadi kuat, diperhitungkan dan dapat merubah keadaan kepada yang lebih baik," kata mantan wakil kepala Polri tersebut dalam siaran di Jakarta, Sabtu.
Syafruddin menjelaskan, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Jumlah yang besar tersebut harus diiringi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik. Dia mengingatkan akan adanya bonus demografi, yaitu ledakan jumlah anak muda Indonesia pada tahun 2030. "Bonus demografi ini harus dikelola dengan baik untuk menuju Indonesia emas pada tahun 2045," ujar Syafruddin.