Mancanegara

Dubes Ukraina Kesal dan Tuding Pakar UI Sebarkan Propaganda Uni Sovyet

Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin.
Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin.

JAKARTA -- Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin sangat menyesalkan akademisi Indonesia yang menyampaikan materi berisi propaganda Rusia. Hal itu Vasyl sampaikan setelah pakar Rusia asal Universitas Indonesia (UI) Ahmad Fahrurodji memaparkan materi tentang negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut ingin melindungi masyarakat Rusia terkait invasi yang dilakukan.

Fahrurodji juga menyatakan, Rusia dan Ukraina dulunya sama-sama bangsa Slavia. Sehingga kehadiran Rusia di Ukraina adalah ingin melindungi kompatriotnya. "Sejak kami merdeka 30 tahun, apa yang Ukraina selalu lakukan adalah melindungi diri dari Rusia," kata Vasyl dalam webinar 'Rusia dan Ukraina: Mendorong ke Arah Jalan Perdamaian' yang diadakan Universitas Nasional (Unas) di Jakarta, Kamis (24/2/2022).

"Selama delapan tahun terakhir sejak invasi Rusia (di Crimea), satu hari pun tak lewat kami mengupayakan kedamaian, dan melakukannya dengan cara-cara diplomatik. Namun kami tidak menerima respon apapun. Sebaliknya kami sudah lihat, kami melihat ancaman tak berhenti dan perang hibrida," kata Vasyl dengan raut wajah kesal.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Vasyl pun menjelaskan, jika setiap saat Rusia selalu mengecam Ukraina dengan mengancam untuk memutus aliran gas dan ekonomi. Bahkan, sambung dia, ancaman itu semakin intensif dalam 10 tahun terakhir. Karena itu, ia tidak bisa menerima paparan materi yang disampaikan akademisi Indonesia, yang isinya dianggap pro-Rusia.

"Saya mengambil PhD sejarah dunia, saya besar di era Uni Sovyet, jadi memiliki landasan mengomentari histori Uni Sovyet. Dan saya setelah mendengarkan Doktor Ahmad, sangat mengagetkan saya. Saya telah melihat presentasi yang sama 10-20 tahun yang lalu, pidato yang ada dalam pidato Putin, presentasi dan sangat jelas teks ini bukan sejarah, tapi presentasi Sovyet, artikel pidato Putin," kata Vasyl.

Dia menuding, materi yang disampaikan Fahrurodji yang menempuh pendidikan S1 dan S2 di Rusia, sangat jelas adalah teks dan propaganda warisan Uni Sovyet, bukan naskah sejarah. Vasyl mempertanyakan, bagaimana bisa naskah produksi Uni Sovyet dijadikan pegangan akademisi di Indonesia untuk melihat Ukraina.

"Mengapa saya kaget propaganda teks ini disampaikan dalam webinar ini? Saya melihat presentasi ini sudah disebarkan oleh Rusia ke banyak negara, saya banyak melihat teks ini disebarkan negara lain, dan semua propaganda ini mengatakan bahwa Rusia takut Nato, Rusia takut Ukraina, harus mendengarkan perkataan ini," ucap Vasyl.

Dengan berbagai argumen propaganda yang disebar, sambung dia, akhirnya Rusia menginvasi Ukraina. Vasyl jadi teringat sejarah pidato Adolf Hitler pada 1936 yang ingin melindungi rakyat Jerman hingga akhirnya Nazi menginvasi tiga negara tetangganya hingga menjadi Perang Dunia II. Vasyl pun menuding, jika presentasi yang disampaikan sebenarnya adalah ideologi dan mitologi yang dibuat Hitlet, Stalin, dan Putin itu sama saja ketika sebuah negara menyerang negara lain.

"Siapa yang akan Rusia lindungi di wilayah Ukraina, coba pikiran? Siapa yang mau mereka lindungi, mana rakyat Rusia mana yang dilindungi? Baca sejarah dan dengarkan Hitler katakan pada tahun 1936 tentang Austria, Cekoslovakia, Polandia baca itu," kata Vasyl.

Menurut dia, sejarah juga berbicara jika Rusia bukan kali pertama menginvasi negara lain. Sebelum ke Ukraina, kata Vasyl, Rusia juga menyerang Georgia pada 2008. Karena itu, ia mengajak masyarakat dunia agar jangan percaya alibi Rusia ingin melindungi rakyatnya di Ukraina. Yang betul adalah Rusia ingin membunuh rakyat Ukraina.

"Rusia ingin mau kuat, berkuasa, dan superpoewer, tapi menyerang Ukraina, negara satu takut negara lain, oleh karena itu negara ini menyerang negara lain? Apa maksudnya ini? Dan kami juga ingin menjawab Ukraina akan melawan? Kami sudah mengalanisis ini sama seperti yang terjadi di Georgia, Rusia memulai bom wilayah Georgia, tak ada media, syuting, Rusia melakukan sernagan melalui udara, darat, laut sama seperti yang dilakukan di Georgia, kami ingin menyaksikan dunia melihat ini," kata Vasyl.

Guru Besar Unas dan eks Dubes RI untuk Ukraina, Yuddy Chrisnandi menjelaskan, sebenarnya Rusia dan Ukraina tidak menghendaki konflik senjata karena masih ada jalur diplomasi yang bisa menjadi jalan perdamaian. Sayangnya adanya provokasi dari negara-negara lain menjadikan ketegangan antarkedua negara menjadi memanas hingga terjadi peristiwa invasi.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Eagle flies alone...