Umum

Memberdayakan Difabel, Mainan Anak Edukatif Merintis Jalan Ekspor

Rita Indriani menghadiri pameran yang diikuti ABC Wooden Toys.
Rita Indriani menghadiri pameran yang diikuti ABC Wooden Toys.

Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Sudah 19 tahun, Rita Indriani merintis ABC Wooden Toys. Tepat 14 Mei 2003, Rita mendirikan usaha rumahan yang beralamat di Gedongkiwo MJ 1/676, Kota Yogyakarta. Usaha khusus pembuatan mainan anak-anak dari kayu ini memiliki ciri khas yang jarang ditemui di tempat lain. Sejak awal, Rita melibatkan penyandang difabel dalam memproduksi mainan anak-anak.

"Mengapa membuat mainan anak-anak? Karena kami memiliki visi mencerdaskan anak bangsa. Kami membuat alat permainan edukatif, salah satu misi ABC Wooden Toys adalah juga menciptakan lapangan kerja untuk difabel," kata Rita saat berbincang di Jakarta, Rabu (27/7/2022).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Rita merekrut pekerja yang merupakan lulusan sekolah luar biasa (SLB)-B dan SLB-C di sekitar tempat tinggalnya. SLB-B merupakan sekolah khusus untuk penyandang tuna rungu, dan SLB-C untuk tuna grahita. Pak Hery yang baru saja pensiun, adalah salah satu karyawan yang diajaknya merintis ABC Wooden Toys sejak awal berdiri.

ABC Wodens Toys kini memiliki 10 karyawan tetap. Mereka terdiri enam pegawai di bidang produksi, dan empat orang yang ditempatkan di bagian pemasaran, keuangan, dan admin marketing. Adapun empat karyawan difabel masuk ke dalam bidang produksi. "Yang difabel bernama Mas Agus, Mas Topan, Mas Bagus, dan Mas Suryadi," kata Rita.

Mempekerjakan karyawan berkebutuhan khusus, Rita tidak pernah mendapatkan kendala berarti bekerja dengan mereka. Dia malah senang bisa ikut memberdayakan mereka.

Suaminya yang bekerja sebagai guru di SLB Negeri 1 Bantul adalah alasan Rita sejak awal melibatkan penyandang difabel dalam merintis bisnis mainan anak-anak edukatif. Ada pula karyawan yang direkrut memang karena referensi guru dan pernah magang ketika kelas tiga SLB SMA hingga diajak bergabung.

Rita mencatat, sebenarnya ada tujuh karyawan difabel yang pernah bekerja di usaha yang dirintisnya. Adapun dua orang lainnya sudah menikah sehingga keluar dari pekerjannya.

"Semua karyawan kami diikutsertakan BPJS Ketenagakerjaan. Pak Hery juga baru saja mendapatkan uang pensiun dan tunjangan hari tua. Teman difabel kami ikutkan paket lengkap, mulai program kecelakan kerja, kematian, jaminan hari tua, dan pensiun," kata Rita. Karena alasan itulah, para difabel bisa betah bekerja di ABC Wooden Toys.

Seiring berjalannya waktu, Rita mengaku, tertarik untuk bergabung menjadi mitra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YBDA). Tepatnya sejak 2018. Dia bergabung menjadi mitra YBDA karena ingin usahanya bisa terus berkembang dan memberi kebaikan bagi para pegawai.

"Mengapa tertarik? Karena saya melihat kami tidak hanya didampingi, melainkan mereka juga membimbing dan mendatangi tempat kami. Kami didampingi sampai monitoring, baik offline maupun online selama pandemi kemarin. Bukan cuma ikut pelatihan, selesai," kata Rita.

Dia menjelaskan, sejak menjadi mitra binaan YBDA, tidak hanya pelatihan yang didapat, melainkan juga pendampingan secara ketat serta fasilitas pameran menjadi terbuka lebar. Rita mengakui, penjualan mainan anak-anak sangat terbantu dari pameran. Karena dengan semakin banyak pengunjung maka produknya bisa dikenal luas masyarakat.

Sehingga, setiap menghadiri pameran, ia tidak sekadar membagikan brosur atau kartu nama, melainkan juga menargetkan bisa mendapatkan reseller. "Agar produk kami bisa repeat order, itu salah satu targetnya. Agustus kami juga diajak pameran di Jakarta. Sebelumnya YDBA pernah mengajak pameran di Yogya juga," kata Rita.

Dia menambahkan, enaknya ikut pameran adalah bisa mendapatkan ide baru hasil sumbangan pemikiran pembeli. Misalnya, ia akhirnya membuat mainan kereta geometri, kereta binatang, dan kereta lain, yang kadang produk dihasilkan dan dimodifikasi berdasarkan saran konsumen.

Menurut Rita, produk yang dihasilkan ABC Wooden Toys sudah mendapatkan sertifikat SNI. Terdapat sekitar 300-an produk yang dibuat melalui karya tangan, dari dulunya yang hanya menjual puzzle untuk anak-anak. Jika banyak permintaan, Rita menggandeng pekerja freelance dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) rekanan.

Para rekanan diminta membuat barang setengah jadi, dan sisanya finisihing dieksekusi para pekerjanya. Dengan begitu, seluruh pesanan yang datang bisa dipenuhi tepat waktu. Rita juga memastikan, produk kerajinan yang dibuat sangat aman bagi anak-anak, karena menggunakan cat tanpa kandungan racun dan rendah bahan kimia.

Selain itu, bahan yang digunakan ABC Wooden Toys juga tidak mengandung tiner yang dikenal zat berbahaya, melainkan cat kandungan air. Sehingga, Rita juga memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Dengan begitu, produk yang dijualnya juga memperhatikan keamanan konsumen, tidak semata mengejar keuntungan belaka.

Rita menyebutkan, masih ada satu pencapaian yang belum berhasil dilakukannya sejak awal mendirikan ABC Wooden Toys hingga kini. Dia belum juga bisa mengekspor produknya ke mancanegara. Rita belum punya bayangan bagaimana bisa membuka jalan ekspor.

Padahal, produk yang dihasilkannya sudah dijual ke berbagai daerah di Indonesia. Dia pun akhirnya merasa terbantu ketika petugas YBDA berusaha memfasilitasi untuk membuka pasar di luar negeri. Salah satunya, Rita kini sudah memiliki izin sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika produk berbahan kayu akan dijual di luar Indonesia.

"Nah, YBDA itu membantu kami melakukan pembekalan, dengan melatih SDM terkait materi persiapan produk ekspor. Kami juga dicarikan negara mana yang berpeluang untuk ekspor produk mainan. Ini peluang bagi kami, tapi kami juga harus melakukan penguatan SDM kami agar ketika nanti pasar sudah ada, kami siap menyuplainya," kata Rita.

Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Yogyakarta, Nanang Abadi menerangkan, pihaknya bertugas sebagai fasilitator dalam mendukung pengembangan UMKM binaan. Sebagai kepanjangan tangan YBDA di daerah, Nanang mengaku, ikut mendampingi dalam memberikan pelatihan dan melakukan pengawasan agar kendala yang dialami mitra bisa dicarikan solusinya. Tidak hanya itu, sambung dia, YBDA juga membantu mencarikan pasar hingga pembiayaan jika memang UMKM tersebut perlu mendapatkan bantuan.

"Jadi mereka yang ingin mengembangkan bisnisnya, yang jelas kami ada fasilitas dan pendampingan, jika pencatatan laporan keuangan berantakan, kami bisa bantu menjadi rapi, termasuk membantu legalitas juga belum memiliki NIB (nomor induk berusaha)," kata Nanang.

Menurut dia, bentuk kepedulian YBDA kepada pelaku UMKM merupakan salah satu amanat Catur Dharma, yaitu sejahtera bersama. Karena itu, YBDA mewujudkan konsep tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan dengan menggandeng UMKM, termasuk ABC Wooden Toys untuk bisa terus berkembang dan semakin maju. Apalagi, ABC Wooden Toys juga ikut memberdayakan penyandang difabel dengan memberi mereka pekerjaan secara layak.

Salah satu bantuan konkret yang dilakukan YBDA, menurut Nanang, adalah mendaftarkan CV Anak Bangsa Cerdas (ABC) Toys di LPSE instansi pemerintahan. Dengan begitu, mereka bisa ikut tender secara resmi ketika ada kebutuhan pengadaan mainan edukatif bagi siswa sekolah dan keperluan lainnya.

"Kami juga bantu ikut tender di Akubisa, pemiliknya jadinya bisa mengisi beberapa pelatihan, bahkan keluar Jawa tentang mainan edukasi. Kami dampingi mereka sampai naik kelas," kata Nanang.

Melihat bisnis mainan kayu tersebut sangat prospektif, Nanang menyampaikan, pihak saat ini sedang merancang untuk membantu memperluas pemasaran. Tidak hanya dalam negeri, melainkan juga mengincar pasar luar negeri. Karena itu, pelatihan kepada pegawai ABC Wooden Toys terus dilakukan rutin dan pembinaan tentang limbah produksi juga dilakukan.

Dengan begitu, produk mainan dari Indonesia bisa diekspor ke negara lain. "Kita bantu semuanya, rencana termasuk bisa tembus eskpor. Karena ada beberapa perizinan sertifikasi untuk ekspor yang harus dipenuhi. Kami ingin sejahtera bersama bangsa, kami tak mau sejahtera sendiri, itu prinsip Astra," kata Nanang.

Siswa SLB N 1 Bantul mengunjungi toko ABC Wooden Toys.
Siswa SLB N 1 Bantul mengunjungi toko ABC Wooden Toys.
Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Eagle flies alone...