Praktisi Sebut Sifat Seseorang Terlihat dari Unggahannya di Medsos
JAKARTA -- Kecakapan digital menjadi penting untuk dikuasai para santri atau mahasiswa di pondok pesantren (ponpes). Pasalnya, literasi digital merupakan salah satu wujud dari perilaku akhlak santri atau mahasiswa. Wakil Rektor Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) M Mushthafa menyatakan, kecakapan digital terkait dengan kesantunan dalam berinteraksi di dunia digital.
Karena itu, pihaknya ingin mahasiswa Instika diberi bekal agar tidak terjerumus dalam sisi negatif dunia digital yang semakin menguasai kehidupan masyarakat. Dia mengakui, memang benar media digital membuat semua orang bisa mengakses banyak sumber dan bisa menyampaikan pendapat.
"Demokrasi bisa dilaksanakan di dunia digital, tapi media digital dengan algoritmanya bisa membuat orang ini selalu mendapatkan informasi yang hampir sama secara terus menerus. Akhirnya yang terjadi, seseorang ini tidak semakin kaya dengan informasi dengan dunia digital, tapi semakin mengkerdilkan kita semua," kata Mushthafa dalam 'Seminar Literasi Digital Pesantren' di Pondok Pesantren (Ponpes) Annuqayah, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, belum lama ini.
Praktisi digital Rofiatul Rofiah menuturkan, memang benar sifat seseorang bisa terlihat dari apa yang diunggahnya di medsos. Menurut dia, perilaku di medsos itu bisa menciptakan kesehatan bagi seseorang.
"Kesopanan ini lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan. Kepribadian itu meliputi akhlak, perilaku, etika dan moral yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Beberapa contoh behaviour yang baik di media sosial, yang pertama tidak menggunakan kalimat provokatif dan SARA. Buatlah konten yang bermanfaat dan jangan buat berita bohong," kata Rofiatul.
Perwakilan dari Kaukus Muda Indonesia (KMI) Ahmad Munsorif menjelaskan, kegiatan literasi digital diadakan sebagai bekal bagi para santri dan mahasiswa tidak salah dalam menggunakan dunia digital. Kegiatan tersebut diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi yang menargetkan sebanyak 50 juta orang masyarakat Indonesia mendapatkan literasi di bidang digital hingga 2024. Karena itu, Munsorif mengajak peserta untuk bisa memiliki kecakapan digital pada era sekarang.
Praktisi digital sekaligus influencer Hariqo Satria menyinggung bagaimana membuat konten yang positif di media sosial (medsos). Dia menyebutkan, medsos harus digunakan secara bijak dan tidak berlebihan. "Jangan pernah merasa bahwa kalau kita SMS/chatting-an itu adalah percakapan pribadi. Sekarang semuanya bisa di-screenshot. Orang bisa dinilai dari percakapan, terlihat santun atau tidaknya. Jadi jangan mudah memberikan rahasia lewat DM/SMS atau media sosial lainnya," jelas Hariqo.
Staf Diskominfo Kabupaten Sumenep Irwan Sujatmiko mengajak seluruh santri dan mahasiswa bisa bijak berinternet. Menurut dia, literasi digital penting karena merupakan kemampuan mendasar untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi serta mengkomunikasikan konten atau informasi ke khalayak. Literasi digital juga menjadi dasar untuk bagaimana kita bisa memnyaring informasi dan mengolahnya sehingga baru dapat disebarkan jika informasinya mengandung kebaikan dan benar.