Kepolisian Arab Saudi Tangkap Warganya yang Bantu Jurnalis Israel Masuk Makkah
MAKKAH -- Otoritas Arab Saudi menangkap seorang warganya yang diduga membantu seorang jurnalis Gil Tamary dari Israel's Channel 13 untuk menyelinap masuk ke Makkah. Pada Senin (18/7/2022), Tamary mengunggah melalui akun Twitter berupa video dirinya menyelinap dengan keliling Makkah. Padahal, hal itu bertentangan dengan larangan warga non-Muslim bisa memasuki dua kota suci Makkah dan Madinah.
Atas ulah Tamary yang memegang paspor Amerika Serikat (AS), kepolisian Kerajaan Arab Saudi menangkap warga yang memfasilitasi perjalanan Tamary pada Jumat (22/7/2022). Hal itu setelah ulah Tamary menimbulkan kegaduhan di lini masa.
Polisi regional Makkah pun telah mengkonfirmasi hal itu. "Menyerahkan seorang warga negara" ke jaksa karena dugaan keterlibatan dalam "memindahkan dan memfasilitasi masuknya seorang jurnalis (non-Muslim)", kata seorang juru bicara polisi dalam komentar yang dilaporkan oleh Saudi Press Agency (SPA).
SPA melaporkan, kasus itu telah dilimpahkan ke jaksa, "untuk mengambil prosedur yang diperlukan terhadapnya sesuai dengan hukum yang berlaku".
Meskipun memiliki kontak bisnis dan keamanan, Arab Saudi tidak mengakui Israel dan tidak bergabung dengan Kesepakatan Abraham 2020 yang ditengahi AS yang melihat negara Yahudi menjalin hubungan dengan dua tetangga kerajaan, Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Dalam video yang berdurasi sekitar 10 menit, Tamary terlihat mengunjungi Gunung Arafat, tempat para peziarah berkumpul untuk berdoa selama puncak ziarah haji setiap tahun.
Tamary menjelaskan, ia tahu dilakukannya merupakan perbuatan terlarang. Tetapi, ia ingin menunjukkan "tempat yang sangat penting bagi saudara dan saudari Muslim kita".
Pembenaran Tamary, dan permintaan maaf selanjutnya, tidak banyak membantu meredakan tanggapan publik Arab Saudi yang sangat marah. Kontroversi itu menyusul kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Israel dan Arab Saudi pekan lalu. Pada hari Rabu, seorang menteri Israel mengecam laporan Tamary sebagai "bodoh dan berbahaya" bagi hubungan Israel-Teluk.
“Saya minta maaf (tetapi) itu adalah hal yang bodoh untuk dilakukan dan dibanggakan,” ucap Menteri Kerja Sama Regional Israel Esawi Freij, yang beragama Islam. "Itu tidak bertanggung jawab dan merusak untuk menyiarkan laporan ini hanya demi rating."