Membawa Pulang Puluhan Manuskrip Ulama Nusantara dari Perpustakaan Leiden
Perpustakaan Universitas (Universiteit Bibliothek/UB) Leiden, Belanda, adalah salah satu perpustakaan dunia yang menyimpan koleksi puluhan ribu manuskrip Oriental (Arab-Islam), termasuk di antaranya adalah ribuan dokumen arsip dan manuskrip ulama Nusantara.
Selama beberapa hari lamanya, saya mendekam di lantai tiga perpustakaan tersebut, di ruang koleksi khusus (special collection), bersama Gus Abdullah Hamid (UINSA Surabaya) dan Gus Ahalla Tsauro (NUS Singapura), dan ditemani oleh rekan-rekan PCINU Belanda para kandidat doktor di Universitas Leiden (Dr Adrian Perkasa dan Dr Nur Ahmad Nur Ahmad)
Di antara dokumen-dokumen arsip dan manuskrip ulama Nusantara atau yang berkaitan dengannya yang sempat kami jumpai di UB Leiden dan sempat kami kopi, unduh, dan ambil gambarnya adalah risalah Tarajim Ulama Jawah.
Tarajim Ulama Jawah adalah karya yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Raden Aboe Bakar Djajadiningrat. Karya tersebut ditulis di Hijaz pada Desember 1887, berisi biografi para ulama asal negeri Jawah/Jawi (Nusantara) yang mengajar di Masjidil Haram, di kota suci Makkah pada paruh kedua abad ke-19 M.
Termasuk halnya yang diinformasikan dalam manuskrip tersebut adalah mu'allafat (karya tulis) ulama Nusantara yang dicetak di beberapa kota di Timur Tengah, seperti Makkah, Kairo, dan Istanbul pada kurun masa tersebut.
Di antara ulama Jawi (Nusantara) yang mengajar di Makkah pada kurun masa paruh kedua abad 19 masehi sebagaimana disebutkan dalam manuskrip Tarajim adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Ghani Bima, Syaikh Ismail al-Khalidi Minanhkabau, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Abdul Salam Aceh, Syaikh Ahmad Lampung, dan Syaikh Junaid Batavia. Ada pula Syaikh Mujtaba Batavia, Syaikh Nawawi Banten, Syaikh Abdul Karim Banten, Syaikh Muhammad Garut, Syaikh Hasan Mustapa Bandung, Syaikh Soleh Darat Semarang, Syaikh Abu Hamid Kendal, Syaikh Zahid Solo, Syaikh Abdul Syakur Surabaya, Syaikh Zainuddin Sumbawa, Syaikh Ahmad Bacan, dan lain-lain.
***
Selain manuskrip Tarajim Ulama Jawah karya Raden Aboe Bakar Djajadiningrat, dijumpai juga manuskrip Risalah Syaikh Salim b. Sumair fi Radd Ahl al-Thariqah bi Sinqafurah karya Syaikh Salim b. Sumair al-Hadrami, ulama asal Hadramaut yang wafat di Betawi pada 1857-an dan juga pengarang kitab Safinah al-Naja yang fenomenal.
Risalah karya Syaikh Salim b. Sumair di atas berisi kritikan beliau terhadap ajaran dan praktik jamaah tarekat Naqsabandiah Khalidiah yang berkembang di Singapura pada masa itu. Dalam risalah tersebut, Syaikh Salim b. Sumair juga berpolemik dengan Syaikh Ismail al-Khalidi Minangkabau, sosok besar ulama asal Ranah Minang di Makkah yang menjadi salah satu tokoh utama persebaran Tarekat Naqsabandiah Khalidiah di Nusantara pada abad ke-19 M.
Terdapat pula manuskrip Majmu'ah al-Rasail 'ala Ushul al-Khalidiah al-Dhiya'iyyah al-Mujaddidiyyah al-Naqsyabandiyyah karya Syaikh Sulaiman Zuhdi al-Naqsyabandi. Karya ini berisi pokok-pokok ajaran tarekat Naqsabandiah Khalidiah dan juga beberapa risalah yang berkaitan dengan masalah-masalah 'pertarikatan' yang berkembang di negeri Jawi (Nusantara).
Sang pengarang risalah, yaitu Syaikh Sulaiman Zuhdi al-Naqsyabandi, memiliki sejumlah murid asal Nusantara yang menjadi tokoh-tokoh kunci tarekat Naqsabandiah Khalidiah, seperti Syaikh Muhammad Hadi (Girikusumo, Semarang), Syaikh Muhammad Ilyas (Sukarejo, Banyumas), Syaikh Muhammad Munada (Bojonegoro), Syaikh Abdul Wahhab Rokan (Riau), Syaikh Muda Wali al-Khalidi (Aceh) dan lain-lain.
***
Di antara koleksi lainnya adalah manuskrip berisi diari catatan perjalanan Christiaan Snouck Hurgronje ke beberapa pesantren tua di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sepanjang kurun tahun 1889-1891. Diari tersebut berjumlah halaman ratusan, terdiri dari beberapa puluh jilid buku. Saya sendiri hanya membaca sampai pada jilid ke-9.
Dalam diari tersebut, termuat informasi dan data yang melimpah ruah terkait jaringan ulama Sunda-Jawa-Madura serta hubungannya dengan alam Melayu dan dunia Timur Tengah secara lebih luas.
Snouck menyebut sejumlah nama ulama dan pesantren yang menjadi tulang punggung jaringan intelektual Islam di Sunda-Jawa-Madura pada kurun masa paruh kedua abad 19 masehi. Di antara nama-nama ulama tersebut adalah Syaikh Baing Yusuf Purwakarta (wafat 1854), Kiai Mulabaruk Garut, Kiai Hasan Basri Kiarakoneng (wafat 1867), Kiai Sahal Banten, Kiai Soheh Bunikasih Cianjur (wafat 1886) yang merupakan murid dari Syaikh Ibrahim al-Baijuri Grand Syaikh Al-Azhar Mesir, Kiyai Tolhah Kalisapu yang merupakan murid dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas Makkah dan guru dari Abah Sepuh Suryalaya; Kiyai Soleh Darat Semarang, Kiyai Hasan Basari Tegalsari Ponorogo, Kiyai Ubaidah Sidoresmo, Kiyai Kholil Bangkalan Madura, dan lain-lain.
Selain itu, dalam diari tersebut, Snouck juga mencatat nama-nama kitab yang menjadi kurikulum di pesantren-pesantren di Sunda-Jawa-Madura. Di antara kitab-kitab tersebut adalah Awamil al-Jurjani, al-Ajurumiyyah, Alfiyyah Ibn Malik, Matn al-Bina dll (dalam bidang ilmu tata bahasa Arab); Safinah al-Naja, Sullam al-Taufiq, Sittin, Taqrib, Muqaddimah Hadhramiyyah, Fath al-Qarib, Fath al-Mu'in, Fath al-Wahhab, Minhaj al-Thalibin dll (dalam bidang ilmu fikih); al-Samarqandi, Aqidah al-Ushul, Umm al-Barahin (al-Sanusiyyah), Aqidah al-Awwam dll (dalam bidang ilmu aqidah/kalam); Hikam, Ihya Ulum al-Din, Risalah Qusyairiyyah dll (dalam bidang ilmu tasawuf).
Menilik kitab-kitab yang menjadi kurikulum di institusi pendidikan keislaman masa silam di Nusantara, didapati informasi jika corak ideologi keislaman yang berkembang di wilayah kepulauan ini adalah ahlus sunnah wal jama'ah (aswaja), di mana dalam teologi (aqidah) terafiliasi dengan konsep mam al-Asy'ari atau al-Maturidi; dalam yurisprudensi (syariah) terafiliasi dengan konsep madzhab empat (utamanya madzhab Imam al-Syafi'i); dan dalam akhlak (etika) terafiliasi dengan konsep para ulama sufi seperti Imam Junaid al-Baghdadi, al-Ghazzali atau al-Syadzili.
Terdapat salah satu dokumen menarik yang terselip di salah satu jilid diari perjalanan di atas, yaitu dokumen berisi 'Aturan Undang-Undang Pesantren Darat Semarang'.
***
Manuskrip lainnya adalah taqrizh dari Sayyid Ahmad b. Zaini Dahlan (wafat 1886), Grand Mufti Syafi'iyyah di Makkah atas risalah kitab Simth al-Syudzur karya salah satu muridnya yang berasal dari Nusantara, yaitu Sayyid Usman b. Yahya (wafat 1914), yang juga mufti Betawi.
Di UB Leiden saya juga menjumpai belasan lembar surat-surat dari Sayyid Usman b. Yahya yang dikirimkan kepada Snouck sepanjang kurun masa tahun 1886 hingga menjelang wafatnya Sang Mufti Betawi itu. Saya jumpai dan unduh pula surat dari anak Sayyid Usman b. Yahya, yaitu Sayyid Alwi b. Usman b. Yahya, yang mengabarkan kepada Snouck perihal kewafatan sang ayah pada 1914.
Selain surat-surat dari Sayyid Usman Betawi dan juga anak-anaknya, dijumpai juga ratusan surat-surat dari ulama, sultan dan tokoh Nusantara lainnya yang dikirimkan kepada Snouck atau konsul Belanda di Jeddah, semisal dari Syaikh Ibrahim Iraqi Effendi (Syaikhul Masayikh al-Jawiyyin di Makkah), Syarif Aun al-Rafiq Makkah, Syarif Husain Makkah, Syaikh Abdul Syakur Surabaya Makkah, Syaikh Ali b. Abdul Hamid Kudus, Sayyid Abdullah b. Alwi al-Athas Jeddah-Betawi, Muhammad Said Tajuddin (pengusaha besar Haji Jawi), dan Syaikh Arsyad b. Alwan Banten.
Kemudian, RH. Hasan Mustapa Bandung, Jamaloeddin Aloeda Kasepuhan Cirebon, Haji Abdurrahman Palembang, Ustadz Ahmad Surkati (pendiri al-Irsyad), termasuk halnya dari beberapa tokoh Aceh, seperti Habib Abdurrahman al-Zahir, Habib Tjoet Aceh, Tuanku Putri istri Sultan Daud Syah Aceh, Tuanku Raja Keumala, Panglima Polem, Tuanku Mahmud, Tengku Umar, Syaikh Ibrahim b. Syaikh Marhaban, Syaikh Abbas Cik Kutakarang dan lain-lain.
Dijumpai pula surat takziyah dari Emir (kelak Raja) Faisal bin Abdul Aziz bin Saud dari Kerajaan Saudi Arabia atas wafatnya Snouck pada 1936. Didapatkan pula beberapa korespondensi kepada Snouck dari Fuad Hamzah, menteri luar negeri Kerajaan Saudi Arabia.
Selain itu, didapatkan pula surat dari Sayyid Amin al-Husaini dan Dewan Tinggi Islam Palestina (al-Majlis al-A'la al-Islami bi Filisthin) yang diperuntukkan kepada Snouck.
***
Hal yang menarik lainnya yang kami jumpai di UB Leiden adalah dokumen surat yang dikirimkan oleh HBNO (PBNU) untuk konsul Belanda di Jeddah bertahun 1932. Surat HBNO tersebut ditulis oleh KH Abdu Wahhab Chasbullah dan juga KH Nahrawi Malang. Isi surat tersebut antara lain, berisi desakan dari HBNO kepada pihak perwakilan pemerintahan Belanda di Jeddah agar lebih memperhatikan dan meningkatkan pelayanan kerja terhadap para jamaah haji asal Nusantara.
Selain dokumen-dokumen arsip dan manuskrip, di UB Leiden juga kami jumpai karya-karya kesarjanaan modern terkait kajian sejarah peradaban Islam di wilayah Kepulauan Asia Tenggara (Nusantara). Di antaranya adalah The Seals from the Islamic World of Southeast Asia karya Dr. Annabel T. Gallop, kurator manuskrip Asia Tenggara di British Library (BL) London.
Karya Gallop tersebut memuat kajian atas ratusan cap yang berasal dari Asia Tenggara masa silam, mulai dari cap para sultan, ulama dan tokoh person lainnya. Saya merasa berbesar hati karena nama saya dikutip dalam karya tersebut, saat mendeskripsikan stempel pribadi Syaikh Nawawi Banten.
Karya lainnya adalah buku tebal The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institution in Batavia (Brill, 2007), yang memuat ratusan arsip-arsip kesejarahan terkait VOC di Nusantara. Karya ini benar-benar membuat gelisah hati saya, untuk dapat bekerja membuat karya serupa terkait The Archives of the Nahdlatoel Oelama yang memuat kajian arsip-arsip kesejarahan NU dan juga karya-karya para ulama NU generasi awal.
Terdapat pula kitab Nuzhatul Khawatir yang memuat ribuan biografi ulama India sepanjang zaman. Salah satu biografi ulama India di sana adalah Syaikh Muhammad b. Fadhlullah al-Burhanpuri (w. 1620), sang pengarang kitab al-Tuhfah al-Mursalah dalam bidang ilmu tasawuf dan memiliki pengaruh besar dalam sejarah pemikiran keislaman di Nusantara selama berabad-abad lamanya.
***
Sayangnya, dari puluhan ribu jumlah dokumen arsip dan manuskrip ulama Nusantara koleksi UB Leiden, yang mampu kami kopi, salin, unduh, dan ambil gambarnya hanya sepersekian persen saja. Sangat sedikit sekali. Hanya puluhan jumlahnya. Kami tidak punya banyak waktu, mengingat sisa waktu izin tinggal di Belanda dan waktu kepuangan ke Tanah Air sudah sangat mepet.
Namun alhamdulillah, setidaknya puluhan lembar kopian, salinan, dan unduhan dari dokumen arsip dan manuskrip ulama Nusantara tersebut akan menjadi bahan penelitian kami bersama tim Nahdlatul Turots dan juga FIN Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta.
Semoga kita semua senantiasa diberikan inayah dan taufiq untuk dapat berkhidmah dan bekerja terhadap warisan keilmun dan khazanah peradaban para leluhur kita, para ulama Nusantara.
Wallahu A'lam
Buitenzorg, 20 Juni 2022
Alfaqir A. Ginanjar Sya'ban